Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, tradisi membeli dan mengenakan baju baru saat Lebaran telah menjadi kebiasaan yang melekat dalam masyarakat. Namun, muncul pertanyaan: apakah dalam Islam diwajibkan untuk membeli baju baru saat Lebaran? Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pandangan Islam terkait tradisi tersebut, dengan merujuk pada dalil-dalil dan pendapat para ulama.
Anjuran Berpakaian Terbaik di Hari Raya

Dalam Islam, Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha adalah momen untuk merayakan kemenangan dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Salah satu bentuk ekspresi syukur tersebut adalah dengan mengenakan pakaian terbaik. Hal ini didasarkan pada beberapa hadits yang menganjurkan umat Islam untuk berhias dan memakai pakaian terbaik saat hari raya.
Dalil Hadits tentang Pakaian Terbaik
Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata:
“Rasulullah SAW memerintahkan kami pada dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan.” (HR. Al-Baihaqi dan Al-Hakim)
Dalam kitab Fathul Bari dijelaskan bahwa kebiasaan berhias diri pada dua hari raya sudah menjadi tradisi sejak masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Artinya, penggunaan pakaian terbaik menjadi bagian dari sunnah yang dianjurkan sebagai bentuk penghormatan terhadap hari yang agung tersebut.
Penjelasan Para Ulama
Menurut Syekh Ahmad bin Ghunaim An-Nafawi dari mazhab Maliki, yang dimaksud dengan ‘pakaian terbaik’ dalam konteks hari raya adalah pakaian yang paling bagus yang dimiliki, meskipun tidak harus baru. Maka dari itu, memakai pakaian baru bukanlah kewajiban, melainkan sebatas pilihan.
Tradisi Baju Baru dalam Budaya Indonesia

Sejarah Tradisi Baju Baru
Di Indonesia, kebiasaan membeli baju baru saat Lebaran telah berlangsung selama ratusan tahun. Dalam catatan sejarah budaya Nusantara, disebutkan bahwa sejak era Kesultanan Banten dan Kesultanan Mataram, masyarakat menyambut hari raya dengan membeli dan mengenakan pakaian baru sebagai simbol kesucian dan permulaan baru setelah sebulan berpuasa.
Nilai Sosial dan Budaya
Tradisi ini juga mengandung makna sosial. Di banyak keluarga, momen membeli baju baru menjadi ajang kebersamaan dan bentuk perhatian dari orang tua kepada anak-anak mereka. Selain itu, tampil dalam pakaian terbaik juga dianggap sebagai bentuk penghargaan terhadap tamu dan orang lain saat bersilaturahmi.
Apakah Membeli Baju Baru Itu Wajib?
Tidak Ada Kewajiban dalam Syariat
Islam tidak mewajibkan umatnya untuk membeli baju baru dalam menyambut hari raya. Anjuran yang ada adalah mengenakan pakaian terbaik yang bersih dan pantas. Jika seseorang memiliki pakaian yang layak dan bersih, maka tidak perlu merasa berkewajiban membeli yang baru.
Memperhatikan Kemampuan Ekonomi
Islam menekankan pentingnya hidup sesuai kemampuan. Jika membeli baju baru justru memberatkan secara finansial atau dilakukan dengan berutang, maka tindakan tersebut bertentangan dengan prinsip kesederhanaan yang diajarkan dalam Islam.
Pandangan Ulama Kontemporer
Buya Yahya: Sunnah, Bukan Kewajiban
Buya Yahya menyatakan bahwa membeli baju baru saat Lebaran bukanlah kewajiban, melainkan budaya yang boleh dilakukan selama tidak berlebihan. Yang utama adalah memakai pakaian yang pantas dan bersih. Jika seseorang mampu dan ingin membeli baju baru, itu adalah hal yang dianjurkan selama diniatkan untuk menghormati hari raya.
Ustaz Abdul Somad: Sesuaikan dengan Kemampuan
UAS dalam beberapa ceramahnya juga menekankan bahwa berpakaian rapi dan bersih pada hari raya adalah bagian dari sunnah, namun tidak harus selalu baru. Yang paling penting adalah semangat dan makna hari raya itu sendiri, bukan penampilan fisik semata.
Hikmah di Balik Anjuran Pakaian Terbaik
Simbol Kemenangan dan Penyucian Diri
Setelah sebulan penuh menahan hawa nafsu dan memperbanyak ibadah, hari raya adalah saatnya untuk bersyukur dan menunjukkan kegembiraan. Pakaian terbaik mencerminkan kesiapan lahir dan batin menyambut hari kemenangan.
Wujud Syiar Islam
Hari raya adalah momen besar dalam Islam. Penampilan yang rapi dan layak juga menjadi bentuk syiar kepada masyarakat bahwa umat Islam merayakan hari yang penuh makna.
Keseimbangan antara Ibadah dan Tradisi

Hindari Berlebihan dan Pamer
Islam mengajarkan untuk menjauhi sikap berlebihan (israf) dalam hal apapun, termasuk berpakaian. Membeli baju baru semata untuk pamer atau mengikuti tren tanpa niat ibadah bisa menjauhkan dari makna sejati hari raya.
Prioritaskan Kebutuhan Utama
Jika seseorang memiliki kebutuhan lebih mendesak seperti zakat, utang, atau kebutuhan pokok keluarga, maka mendahulukan itu jauh lebih utama daripada membeli baju baru.
Merayakan Idul Fitri dengan Bijak: Esensi di Balik Pakaian Terbaik
Islam Mengajarkan Kesederhanaan dan Niat yang Benar
Membeli baju baru untuk Lebaran bukanlah kewajiban dalam Islam. Yang dianjurkan adalah memakai pakaian terbaik dan paling layak yang dimiliki, sebagai bentuk penghormatan terhadap Idul Fitri. Jika seseorang memiliki kemampuan dan ingin membeli baju baru, maka itu adalah hal yang baik selama tidak berlebihan dan diniatkan sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Dengan memahami makna ini, kita dapat merayakan Idul Fitri dengan lebih bermakna, fokus pada kebersihan hati, silaturahmi, dan peningkatan ibadah, bukan hanya pada penampilan luar semata.
Refleksi Lebaran: Makna yang Lebih Dalam dari Sekadar Baju Baru
Tradisi membeli baju baru di hari raya adalah warisan budaya yang indah jika dijalankan dengan bijak. Islam memberi ruang untuk merayakan hari besar dengan gembira, namun tetap mengingatkan agar tidak melupakan substansi dan niat dari setiap amal. Semoga setiap langkah kita dalam merayakan Idul Fitri diberkahi dan penuh kebermaknaan, baik dalam pakaian maupun dalam perbuatan.