Peristiwa Isra Mi’raj adalah salah satu mukjizat besar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanan spiritual ini, Rasulullah SAW bertemu dengan para nabi terdahulu di berbagai lapisan langit. Salah satu momen paling berkesan adalah pertemuan beliau dengan Nabi Adam AS di langit pertama. Pertemuan ini bukan hanya sebuah peristiwa luar biasa, tetapi juga memiliki banyak hikmah yang relevan bagi umat Islam.
Latar Belakang Isra Mi’raj
Apa Itu Isra Mi’raj?
Isra Mi’raj adalah perjalanan malam Nabi Muhammad SAW yang terdiri dari dua tahap. Pertama, perjalanan dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra). Kedua, pendakian ke langit ketujuh hingga Sidratul Muntaha (Mi’raj). Peristiwa ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian, di saat Rasulullah SAW mengalami kesedihan mendalam setelah kehilangan istri tercinta, Khadijah RA, dan paman beliau, Abu Thalib.
Isra Mi’raj menjadi momen penting dalam Islam karena di dalamnya ditetapkan kewajiban shalat lima waktu bagi umat Muslim. Selain itu, peristiwa ini menunjukkan kedudukan tinggi Rasulullah SAW sebagai pemimpin para nabi.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa
Malam itu, Malaikat Jibril datang membawa Buraq, makhluk yang lebih cepat dari cahaya, untuk mengantarkan Rasulullah SAW dalam perjalanan Isra. Setibanya di Masjidil Aqsa, Rasulullah SAW menjadi imam shalat bagi para nabi yang telah wafat. Peristiwa ini menegaskan bahwa beliau adalah penutup para nabi dan pemimpin seluruh umat manusia.
Pendakian ke Langit: Mi’raj
Pendakian Menuju Langit Pertama
Setelah menyelesaikan shalat di Masjidil Aqsa, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril memulai perjalanan Mi’raj ke langit. Dalam pendakian ini, beliau disambut oleh penjaga setiap langit sebelum diperkenankan masuk. Di langit pertama, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Adam AS, bapak seluruh umat manusia.
Pertemuan dengan Nabi Adam AS
Di langit pertama, Nabi Adam AS menyambut Rasulullah SAW dengan penuh kehangatan. Beliau berkata, “Selamat datang, wahai anak yang shalih dan nabi yang shalih.” Rasulullah SAW melihat ke kanan dan kiri Nabi Adam AS, di mana terdapat roh-roh keturunannya. Di sisi kanan terdapat roh orang-orang beriman, sementara di sisi kiri adalah roh orang-orang kafir.
Nabi Adam AS tersenyum setiap kali melihat ke kanan, tetapi menangis saat melihat ke kiri. Ini mencerminkan kebahagiaan beliau atas keturunannya yang taat kepada Allah dan kesedihannya terhadap mereka yang ingkar. Pertemuan ini adalah pengingat bahwa manusia memiliki pilihan untuk menjadi hamba yang taat atau sebaliknya.
Hikmah Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Adam AS
Keterkaitan Nabi Pertama dan Terakhir
Pertemuan antara Nabi Adam AS dan Nabi Muhammad SAW menggambarkan hubungan simbolis antara nabi pertama dan terakhir. Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang diciptakan Allah SWT dan ditugaskan sebagai khalifah di bumi, sementara Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang membawa penyempurnaan ajaran Islam. Peristiwa ini menunjukkan kesinambungan misi para nabi dalam menyebarkan tauhid.
Pelajaran tentang Tanggung Jawab
Nabi Adam AS dan Nabi Muhammad SAW memiliki tanggung jawab besar sebagai pemimpin umat manusia. Nabi Adam AS sebagai khalifah pertama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Pertemuan ini mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang adil dan bertanggung jawab dalam menegakkan kebenaran.
Mengingat Kehidupan Akhirat
Melalui roh-roh yang berada di kanan dan kiri Nabi Adam AS, umat manusia diingatkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Apa yang dilakukan di dunia akan menentukan nasib seseorang di akhirat, apakah ia akan menjadi penghuni surga atau neraka.
Hikmah di Balik Pertemuan
Pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan Nabi Adam AS di langit pertama adalah salah satu momen penting dalam peristiwa Isra Mi’raj. Selain menunjukkan keutamaan Rasulullah SAW, pertemuan ini juga mengandung hikmah yang mendalam. Keterkaitan antara nabi pertama dan terakhir mengajarkan tentang kesinambungan ajaran tauhid, pentingnya tanggung jawab, dan pengingat akan kehidupan akhirat.
Sebagai umat Islam, peristiwa ini seharusnya menjadi inspirasi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Isra Mi’raj bukan hanya sebuah mukjizat, tetapi juga pelajaran spiritual yang relevan sepanjang zaman.