Dalam praktik sholat lima waktu, umat Islam memperhatikan tata cara pelaksanaan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Salah satu aspek yang membedakan adalah cara imam melafalkan bacaan sholat. Pada sholat Subuh, Maghrib, dan Isya, imam mengeraskan bacaan (jahr), sedangkan pada sholat Zuhur dan Asar, bacaan dilakukan dengan suara pelan atau tidak terdengar oleh makmum (sirr). Artikel ini akan membahas alasan di balik perbedaan tersebut, sejarah praktik ini, serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
Sejarah dan Asal Usul Bacaan Sirr pada Sholat Zuhur dan Asar

Praktik Rasulullah SAW
Rasulullah SAW mencontohkan pelaksanaan sholat dengan bacaan yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaannya. Pada sholat Zuhur dan Asar, beliau melafalkan bacaan dengan suara pelan. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda:
“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.”
Hadits ini menunjukkan bahwa umat Islam dianjurkan untuk mengikuti tata cara sholat yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, termasuk dalam hal melafalkan bacaan dengan suara pelan pada sholat Zuhur dan Asar.
Asbabun Nuzul Surat Al-Isra Ayat 110
Anjuran untuk memelankan bacaan sholat juga terkait dengan sebab turunnya (asbabun nuzul) Surat Al-Isra ayat 110. Dalam ayat tersebut, Allah SWT berfirman:
“Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik); dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu, dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.'” (QS Al-Isra: 110)
Ayat ini turun ketika Rasulullah SAW mengeraskan suaranya saat membaca Al-Qur’an dalam sholat, sehingga terdengar oleh orang-orang musyrik yang kemudian mencaci maki Al-Qur’an dan Rasulullah SAW. Allah SWT kemudian memerintahkan beliau untuk tidak mengeraskan bacaan sholatnya, tetapi juga tidak merendahkannya, melainkan mencari jalan tengah di antara keduanya.
Alasan Bacaan Pelan pada Sholat Zuhur dan Asar

Waktu Siang sebagai Waktu Kesibukan
Salah satu alasan utama bacaan sholat Zuhur dan Asar dilakukan dengan suara pelan adalah karena waktu siang hari merupakan waktu di mana manusia sibuk dengan aktivitas dan pekerjaan mereka. Pada saat-saat tersebut, suasana kurang kondusif untuk bermunajat dengan suara keras, sehingga disyariatkan untuk memelankan bacaan sholat.
Menghindari Gangguan dan Cacian dari Kaum Musyrik
Pada masa awal Islam, kaum muslimin sering menghadapi gangguan dan cemoohan dari kaum musyrik saat melaksanakan sholat dengan bacaan yang keras. Untuk menghindari hal tersebut, Rasulullah SAW diperintahkan untuk memelankan bacaan sholatnya, terutama pada sholat yang dilaksanakan siang hari seperti Zuhur dan Asar.
Hikmah di Balik Bacaan Sirr pada Sholat Zuhur dan Asar

Meningkatkan Kekhusyukan dalam Sholat
Dengan memelankan bacaan saat sholat Zuhur dan Asar, diharapkan dapat meningkatkan kekhusyukan dan konsentrasi dalam beribadah. Bacaan yang pelan memungkinkan individu untuk lebih fokus dan merenungi makna dari bacaan yang dilafalkan, sehingga tercipta hubungan yang lebih intim antara hamba dan Tuhannya.
Menyesuaikan dengan Kondisi Lingkungan
Pada siang hari, suasana cenderung lebih ramai dan bising karena aktivitas manusia yang sedang berlangsung. Dengan melafalkan bacaan sholat secara pelan, diharapkan tidak mengganggu orang-orang di sekitar yang mungkin sedang beraktivitas atau beristirahat. Hal ini juga mencerminkan sikap toleransi dan menghormati keadaan lingkungan sekitar.
Mematuhi Tuntunan Syariat
Melaksanakan sholat sesuai dengan tuntunan syariat merupakan bentuk ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Dengan mengikuti tata cara sholat yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, termasuk dalam hal melafalkan bacaan dengan suara pelan pada sholat Zuhur dan Asar, seorang muslim menunjukkan kepatuhan dan kecintaannya terhadap ajaran Islam.
Hikmah dan Ketaatan dalam Sholat Zuhur dan Asar
Bacaan sholat Zuhur dan Asar yang dilakukan dengan suara pelan (sirr) oleh imam memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Praktik ini didasarkan pada contoh yang diberikan oleh Rasulullah SAW, serta perintah Allah SWT dalam Al-Qur’an. Selain itu, terdapat hikmah-hikmah tertentu di balik pelaksanaan bacaan sirr pada sholat Zuhur dan Asar, seperti meningkatkan kekhusyukan, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, dan mematuhi tuntunan syariat.
Sebagai seorang muslim, memahami dan menjalankan sholat dengan benar bukan hanya soal kewajiban, tetapi juga bentuk ibadah yang memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Dengan memahami alasan di balik bacaan sirr dalam sholat Zuhur dan Asar, kita dapat semakin meningkatkan kualitas ibadah dan kesadaran dalam menjalankan ajaran agama dengan penuh keikhlasan dan ketundukan kepada-Nya.