Setan adalah musuh nyata manusia yang selalu berupaya menjerumuskan anak Adam ke dalam jurang kesesatan. Sejak diusir dari surga, Iblis berjanji di hadapan Allah SWT untuk menggoda manusia dari segala arah, dengan tujuan membuat mereka lupa akan tugas hidup dan makna pengabdian kepada Sang Pencipta. Namun, tidak semua manusia bisa dengan mudah diperdaya oleh setan. Terdapat beberapa golongan yang justru sangat ditakuti oleh setan, sehingga mereka menjelma menjadi sosok yang sulit untuk digoda dan dijebak oleh tipu daya iblis.
Golongan Pertama: Orang yang Takut kepada Allah
Takwa sebagai Benteng dari Gangguan Setan
Ketika seorang hamba benar-benar takut kepada Allah, maka seluruh tindakannya senantiasa dikendalikan oleh kesadaran ilahiyah. Rasa takut ini bukan berarti takut yang melemahkan, melainkan ketakutan yang menggerakkan diri menuju ketaatan. Dalam surat Ali Imran ayat 175, Allah menegaskan bahwa setan hanya mampu menakut-nakuti, namun yang harus ditakuti oleh kaum beriman hanyalah Allah SWT.
Orang yang takut kepada Allah tidak akan mudah tergoda oleh bujuk rayu setan karena ia lebih mengutamakan keridhaan Allah di atas segala sesuatu. Karena itulah, setan merasa tidak berdaya di hadapan mereka.

Golongan Kedua: Orang yang Ikhlas (Mukhlis)
Keikhlasan sebagai Perisai dari Godaan
Keikhlasan adalah salah satu kekuatan spiritual tertinggi dalam diri manusia. Dalam surat Al-Hijr ayat 39-40, Iblis sendiri mengakui bahwa ia tidak memiliki kuasa atas hamba-hamba Allah yang ikhlas. Ini menunjukkan bahwa orang-orang yang mukhlis adalah golongan yang kebal terhadap tipu daya setan.
Orang yang ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah dalam setiap amalnya. Ia tidak mencari pujian manusia atau imbalan duniawi. Hati yang bersih dari pamrih dunia membuat setan tidak memiliki celah untuk menyusup dan mengendalikan pikirannya.
Golongan Ketiga: Orang yang Berilmu (Alim)
Ilmu sebagai Cahaya Penolak Kegelapan
Ilmu agama adalah cahaya yang membimbing manusia dalam menjalani kehidupan sesuai syariat. Rasulullah SAW bersabda bahwa satu orang alim lebih ditakuti setan daripada seribu ahli ibadah yang bodoh. Mengapa demikian? Karena orang alim memiliki bekal untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah.
Dengan ilmunya, ia bisa mendeteksi tipu daya setan yang tersembunyi dalam godaan halus, bahkan dalam bentuk kebaikan yang semu. Ilmu membuat seseorang tidak mudah terseret arus zaman dan tetap kokoh memegang prinsip-prinsip Islam.

Golongan Keempat: Ahli Fikih (Fakih)
Fikih Sebagai Pegangan Hidup Islami
Ahli fikih adalah mereka yang memahami syariat Islam secara mendalam dan aplikatif. Mereka mengetahui hukum-hukum Allah dalam setiap aspek kehidupan, dari yang terkecil hingga yang terbesar. Dengan pengetahuan tersebut, seorang fakih akan berhati-hati dalam melangkah dan tidak akan mudah masuk dalam perangkap yang dipasang oleh setan.
Imam Ibnul Jauzi menyebut bahwa seorang fakih lebih ditakuti oleh setan daripada ahli ibadah yang tidak memahami hukum agama. Hal ini karena seorang fakih tahu benar apa yang halal dan haram, sehingga ia tidak bisa dikelabui dengan logika setan yang menyesatkan.
Golongan Kelima: Orang yang Rajin Berdzikir
Dzikir Sebagai Penjaga Hati dari Bisikan
Dzikir adalah amalan hati dan lisan yang paling kuat dalam menjaga hubungan dengan Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa setan akan meletakkan belalainya di hati anak Adam, namun jika ia berdzikir, maka setan akan mundur. Sebaliknya, saat hati kosong dari ingatan kepada Allah, saat itulah setan akan masuk dan mulai membisikkan keburukan.
Orang yang senantiasa berdzikir menjadikan hatinya terang dan bersih dari noda. Setan tidak akan berani mendekati tempat yang penuh dengan cahaya iman dan ingatan kepada Allah. Karena itu, dzikir bukan hanya ritual ibadah, tetapi juga sistem pertahanan spiritual paling efektif.

Menjadi Manusia yang Ditakuti Setan
Lima golongan manusia yang ditakuti setan ini bukanlah golongan eksklusif yang tidak bisa dicapai oleh orang biasa. Setiap Muslim bisa menjadi bagian dari golongan ini dengan tekad dan usaha yang istiqamah. Takwa, keikhlasan, ilmu, pemahaman fikih, dan dzikir bukanlah sesuatu yang instan. Ia memerlukan waktu, usaha, dan ketulusan.
Namun, hasilnya sangat besar: kita menjadi pribadi yang bukan hanya dicintai Allah, tetapi juga ditakuti oleh setan. Dalam dunia yang penuh godaan ini, menjadi manusia yang ditakuti setan adalah kemenangan besar dalam perjuangan melawan hawa nafsu dan bisikan iblis.