Sejarah Masjidil Aqsa bukan sekadar bangunan megah yang berdiri di jantung Kota Tua Yerusalem. Ia adalah simbol sejarah, spiritualitas, dan perjuangan umat Islam sepanjang zaman. Di antara tiga masjid suci yang dimuliakan dalam Islam, Masjidil Aqsa menempati posisi yang istimewa karena menjadi saksi perjalanan panjang para nabi dan tempat berlangsungnya peristiwa agung Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.
“Sejarah Masjidil Aqsa bukan hanya tentang tempat ibadah, tetapi tentang identitas dan cinta yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia.”
Sejarah Awal dan Keagungan Masjidil Aqsa
Sejarah Masjidil Aqsa diyakini sebagai masjid kedua yang dibangun di bumi setelah Masjidil Haram di Makkah. Berdasarkan hadis Nabi, jarak waktu pembangunan antara keduanya adalah 40 tahun. Lokasinya berada di kompleks yang dikenal sebagai Al-Haram Asy-Syarif, sebuah kawasan suci yang luasnya mencapai 144 ribu meter persegi.
Masjid ini memiliki makna penting sejak zaman Nabi Ibrahim AS hingga Rasulullah SAW. Di sinilah para nabi, mulai dari Daud, Sulaiman, hingga Isa AS, menyampaikan risalah mereka. Nabi Sulaiman dikenal sebagai sosok yang memperindah kembali bangunan masjid ini dan menjadikannya pusat ibadah yang megah di zamannya.
“Setiap batu di Masjidil Aqsa memancarkan sejarah, setiap tiang menuturkan kisah iman yang tak lekang oleh waktu.”
Isra Miraj dan Kedudukan Spiritual Masjidil Aqsa
Sejarah Masjidil Aqsa memiliki kedudukan yang luar biasa dalam perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW. Dalam peristiwa Isra Miraj, Nabi diperjalankan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, sebelum naik ke langit untuk menerima perintah salat lima waktu.
Peristiwa ini menandai hubungan yang kuat antara Masjidil Aqsa dan Masjidil Haram, dua titik utama dalam perjalanan spiritual umat Islam. Di tempat ini pula Nabi menjadi imam bagi seluruh nabi, sebuah simbol penyatuan risalah dan keimanan.
“Isra Miraj bukan hanya perjalanan langit, tetapi juga pesan bahwa kesucian Masjidil Aqsa adalah bagian dari iman setiap Muslim.”
Arsitektur yang Menakjubkan dan Kaya Makna

Bukan hanya indah dari sisi spiritual, tetapi juga memukau secara arsitektur. Kubahnya yang berwarna perak menandakan ketenangan dan kedamaian, berbeda dengan Kubah Shakhrah (Dome of the Rock) yang berwarna emas di dekatnya. Banyak orang keliru mengira Kubah Shakhrah sebagai Masjidil Aqsa, padahal keduanya adalah bagian dari satu kompleks suci yang sama.
Di dalam masjid terdapat mihrab tua, mimbar bersejarah, serta tiang-tiang batu yang telah berdiri sejak ribuan tahun lalu. Renovasi besar-besaran pernah dilakukan oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan dilanjutkan oleh putranya, Al-Walid bin Abdul Malik pada masa Dinasti Umayyah.
“Keindahan Masjidil Aqsa bukan hanya pada bangunannya, tapi pada doa-doa yang menggema di setiap dindingnya selama berabad-abad.”
Masa Penaklukan dan Perebutan Kendali
Sejarah Masjidil Aqsa tidak lepas dari berbagai perebutan kekuasaan. Setelah era kejayaan Bani Israil, kawasan Yerusalem berkali-kali berpindah tangan. Ketika Islam datang, Khalifah Umar bin Khattab menaklukkan Yerusalem pada tahun 637 M tanpa pertumpahan darah.
Salah satu kisah paling terkenal adalah ketika Umar menolak salat di dalam Gereja Makam Kudus agar tidak dijadikan alasan umat Islam mengubah gereja itu menjadi masjid. Sebaliknya, Umar memilih salat di halaman luar, yang kini dikenal sebagai Masjid Umar. Tindakan ini mencerminkan toleransi dan kebijaksanaan pemimpin Islam.
“Penaklukan sejati bukan tentang menguasai tanah, tapi tentang menanamkan nilai keadilan dan kedamaian di hati manusia.”
Masa Perang Salib dan Pembebasan oleh Salahuddin Al-Ayyubi
Pada abad ke-11, Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib dari Eropa. Selama hampir satu abad, sejarah Masjidil Aqsa dijadikan markas militer oleh pasukan Kristen. Namun, pada tahun 1187, Salahuddin Al-Ayyubi berhasil merebut kembali kota suci itu dalam pertempuran besar yang dikenal sebagai Battle of Hattin.
Salahuddin tidak membalas dendam. Ia justru membuka kembali Masjidil Aqsa untuk umat Islam dan membersihkannya dari simbol-simbol perang. Di tangan Salahuddin, masjid kembali menjadi pusat ibadah dan ilmu pengetahuan.
“Salahuddin menunjukkan kepada dunia bahwa kemenangan sejati bukan diukur dari pedang, tapi dari kemurahan hati setelahnya.”
Masjidil Aqsa di Tengah Konflik Modern
Hingga kini, sejarah Masjidil Aqsa menjadi titik sensitif dalam konflik Palestina dan Israel. Kompleks Al-Haram Asy-Syarif berada di bawah kendali Waqf Islam, namun wilayah sekitarnya dikelilingi oleh otoritas Israel. Ketegangan sering terjadi ketika kelompok ekstremis mencoba mengganggu kesucian tempat ibadah ini.
Meskipun begitu, umat Islam di seluruh dunia terus menunjukkan solidaritas. Banyak yang datang untuk beribadah, menjaga, dan memperjuangkan hak atas Masjidil Aqsa sebagai situs suci umat Islam. Dukungan dari negara-negara Muslim pun terus mengalir untuk memastikan situs bersejarah ini tetap terlindungi.
“Masjidil Aqsa bukan hanya simbol agama, tapi juga simbol perjuangan atas keadilan dan kemerdekaan yang hakiki.”
Peran Masjidil Aqsa dalam Dunia Pendidikan Islam
Pada masa kejayaannya, sejarah Masjidil Aqsa menjadi pusat ilmu dan kebudayaan Islam. Ulama dari berbagai negeri datang untuk mengajar dan berdiskusi di sana. Ilmu tafsir, hadis, dan fiqih berkembang pesat di lingkungan masjid ini.
Tradisi keilmuan itu masih hidup hingga kini. Banyak pelajar dari Palestina dan negara Muslim lainnya menimba ilmu di lembaga-lembaga pendidikan di sekitar Masjidil Aqsa. Semangat belajar dan beribadah menjadi ciri khas kehidupan di kompleks suci tersebut.
“Masjidil Aqsa adalah universitas terbuka pertama dalam Islam, tempat ilmu dan iman bertemu dalam harmoni yang sempurna.”
Keutamaan dan Pahala Beribadah di Masjidil Aqsa
Dalam Islam, sejarah Masjidil Aqsa memiliki keutamaan luar biasa. Rasulullah SAW bersabda bahwa satu kali salat di Masjidil Aqsa setara dengan 500 kali salat di masjid biasa. Tidak heran jika umat Islam dari seluruh dunia mendambakan untuk bisa beribadah di sana.
Masjidil Aqsa juga menjadi arah kiblat pertama sebelum Allah memerintahkan perubahan kiblat ke Ka’bah di Makkah. Ini menambah nilai sejarah dan spiritual yang sangat tinggi bagi umat Islam.
“Salat di Masjidil Aqsa adalah doa yang berpadu dengan sejarah, ibadah yang menyentuh masa lalu dan masa depan sekaligus.”
Upaya Pelestarian dan Perlindungan Masjidil Aqsa
Banyak organisasi internasional dan lembaga filantropi Muslim yang terlibat dalam pelestarian Masjidil Aqsa. Renovasi terus dilakukan untuk memperbaiki bagian-bagian yang rusak akibat waktu dan konflik. Program pendidikan dan sosial juga digalakkan untuk menjaga kehidupan masyarakat di sekitar kompleks masjid.
Selain itu, kampanye global untuk membela Masjidil Aqsa semakin kuat melalui media sosial. Generasi muda kini menjadi garda depan dalam menyuarakan pentingnya menjaga warisan suci umat Islam ini.
“Menjaga Masjidil Aqsa bukan hanya tugas warga Palestina, tapi tanggung jawab moral seluruh umat Islam di dunia.”
Makna Masjidil Aqsa bagi Umat Islam Dunia
Sejarah Masjidil Aqsa bukan hanya bagian dari sejarah Islam, tetapi juga simbol persatuan umat. Ia mengingatkan bahwa di atas segala perbedaan, umat Islam memiliki satu arah sujud, satu sejarah, dan satu tujuan: menegakkan keadilan dan kedamaian.
Kehadirannya menjadi pengingat abadi bahwa iman dan keberanian selalu berjalan berdampingan. Masjidil Aqsa berdiri tegak, meski berkali-kali diserang, dibakar, dan dirusak. Namun, semangat umat Islam untuk menjaganya tidak pernah padam.
“Selama Masjidil Aqsa berdiri, harapan umat Islam akan persatuan dan kemerdekaan tidak akan pernah mati.”
Masjidil Aqsa dan Harapan Umat Islam Masa Kini
Di tengah dinamika politik global, sejarah Masjidil Aqsa tetap menjadi simbol kebangkitan spiritual. Ia mengajarkan keteguhan dalam mempertahankan nilai dan identitas. Bagi jutaan Muslim di seluruh dunia, mengunjungi Masjidil Aqsa bukan hanya wisata religi, tetapi perjalanan jiwa menuju akar keimanan.
Generasi muda Islam kini diajak untuk mengenal lebih dalam sejarah Masjidil Aqsa, bukan sekadar dari berita konflik, tetapi dari nilai kemanusiaan dan spiritual yang dikandungnya. Sebab, menjaga Masjidil Aqsa berarti menjaga martabat dan masa depan umat Islam.
“Masjidil Aqsa adalah pesan dari masa lalu untuk masa depan: bahwa iman, ilmu, dan perjuangan harus terus hidup di hati setiap Muslim.”