Rasulullah SAW adalah teladan utama bagi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam menunjukkan kasih sayang kepada keluarga. Salah satu momen paling menyentuh dalam sejarah kehidupan Rasulullah adalah ketika beliau melakukan ziarah ke makam ibundanya, Aminah binti Wahab. Peristiwa ini tidak hanya memperlihatkan sisi manusiawi Rasulullah yang penuh cinta, tetapi juga menyimpan banyak pelajaran tentang nilai kasih sayang, penghormatan, dan perpisahan.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas kisah haru Rasulullah SAW saat berziarah ke makam ibundanya, latar belakang peristiwa ini, serta pesan mendalam yang dapat diambil darinya.
Latar Belakang Kehidupan Rasulullah SAW dan Ibundanya

Aminah binti Wahab: Ibu yang Mulia
Aminah binti Wahab adalah ibunda Rasulullah SAW, seorang wanita dari keturunan terhormat Bani Zuhrah. Beliau menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib, yang merupakan ayah Rasulullah. Pernikahan ini membawa kebahagiaan singkat, karena Abdullah meninggal dunia ketika Aminah sedang mengandung Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW lahir dalam keadaan yatim, dan Aminah menjadi satu-satunya orang tua yang merawat beliau selama beberapa tahun pertama kehidupannya. Aminah adalah sosok ibu yang penuh kasih sayang, meskipun hidup dalam keadaan penuh tantangan setelah kehilangan suaminya.
Kepergian Aminah
Ketika Rasulullah SAW berusia enam tahun, Aminah membawa beliau dalam perjalanan ke Yatsrib (kini Madinah) untuk mengunjungi keluarga dari pihak ayahnya. Dalam perjalanan pulang ke Makkah, Aminah jatuh sakit dan wafat di daerah bernama Abwa. Beliau dimakamkan di tempat tersebut, meninggalkan Rasulullah dalam keadaan yatim piatu.
Kehilangan ibundanya pada usia yang sangat muda meninggalkan bekas mendalam dalam kehidupan Rasulullah SAW. Meskipun hidup tanpa kehadiran orang tua, Allah SWT membimbing beliau menjadi sosok yang mulia dan penuh kasih.
Ziarah Rasulullah ke Makam Ibundanya
Perjalanan ke Abwa
Beberapa tahun setelah menerima wahyu, Rasulullah SAW melakukan perjalanan melewati daerah Abwa. Saat itu, beliau meminta izin kepada Allah SWT untuk berziarah ke makam ibundanya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
“Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk memohon ampun bagi ibuku, namun tidak diizinkan. Kemudian aku meminta izin untuk menziarahi kuburannya, maka aku diizinkan.” (HR. Muslim)
Dengan izin Allah, Rasulullah SAW mengunjungi makam ibundanya. Ketika sampai di makam tersebut, beliau menangis dengan penuh haru, dan tangisan beliau membuat orang-orang di sekitarnya turut menangis.
Tangisan Rasulullah
Tangisan Rasulullah SAW di makam ibundanya adalah ekspresi cinta dan kerinduan yang mendalam. Meskipun beliau adalah utusan Allah, beliau juga seorang anak yang merasakan kehilangan dan kehampaan karena tidak dapat tumbuh besar bersama ibunya. Perasaan ini menunjukkan sisi manusiawi Rasulullah yang dapat dirasakan oleh semua umat manusia.
Tangisan beliau juga menjadi pengingat akan pentingnya menghormati dan mencintai orang tua, meskipun mereka telah tiada.
Pesan dan Hikmah dari Kisah Ziarah Ini

Kasih Sayang kepada Orang Tua
Kisah ini mengajarkan bahwa kasih sayang kepada orang tua tidak berakhir meskipun mereka telah meninggal dunia. Ziarah ke makam adalah salah satu cara untuk menghormati dan mendoakan mereka. Rasulullah SAW menunjukkan kepada umatnya bahwa mengenang dan menghormati orang tua adalah bagian penting dari ajaran Islam.
Keikhlasan dalam Menerima Takdir
Perjalanan hidup Rasulullah SAW penuh dengan ujian, termasuk kehilangan kedua orang tua pada usia yang sangat muda. Namun, beliau menerima takdir ini dengan keikhlasan dan menjadikannya sebagai bagian dari perjalanan spiritual yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ziarah Kubur sebagai Pengingat
Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berziarah ke kubur karena ziarah dapat mengingatkan manusia akan kehidupan akhirat. Dalam hadits lain, beliau bersabda:
“Berziarahlah ke kubur, karena itu dapat mengingatkan kalian pada akhirat.” (HR. Muslim)
Ziarah ke makam bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga sarana introspeksi bagi yang masih hidup untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Ziarah dalam Perspektif Islam

Tata Cara Ziarah yang Dianjurkan
Islam menganjurkan ziarah kubur dilakukan dengan niat yang ikhlas dan penuh rasa hormat. Saat berziarah, dianjurkan untuk:
- Mengucapkan salam kepada penghuni kubur.
- Membaca doa untuk almarhum, memohonkan ampunan dan rahmat Allah SWT untuk mereka.
- Tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariat, seperti meratap atau melakukan ritual yang tidak diajarkan dalam Islam.
Doa untuk Orang Tua yang Telah Tiada
Salah satu amalan terbaik bagi anak yang orang tuanya telah meninggal adalah mendoakan mereka. Rasulullah SAW bersabda:
“Ketika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang saleh.” (HR. Muslim)
Doa seorang anak memiliki nilai besar di sisi Allah SWT dan dapat menjadi amal jariyah bagi orang tua di akhirat.
Cinta yang Abadi
Kisah haru Rasulullah SAW saat berziarah ke makam ibundanya adalah salah satu peristiwa yang menunjukkan kelembutan hati beliau sebagai seorang anak dan nabi. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pentingnya kasih sayang, penghormatan, dan doa untuk orang tua, baik yang masih hidup maupun yang telah tiada.
Melalui ziarah ke makam ibunda, Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya tentang nilai cinta yang abadi, penghormatan kepada orang tua, serta introspeksi akan kehidupan yang fana. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih mencintai dan menghormati orang tua, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.