Sejak dimulainya serangan Israel pada Oktober 2023, populasi Jalur Gaza mengalami penurunan yang signifikan, yaitu sekitar 6%. Penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh angka kematian yang tinggi, tetapi juga migrasi massal akibat kondisi yang semakin memburuk di wilayah tersebut. Data dari Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS) menunjukkan bahwa lebih dari 100.000 warga Gaza telah meninggalkan wilayah tersebut, sementara ribuan lainnya tewas atau hilang. Konflik yang berlangsung telah menciptakan krisis kemanusiaan yang sangat memprihatinkan. Berikut ulasan mendalam mengenai dampak konflik ini terhadap populasi Gaza, infrastruktur, dan reaksi internasional.
Penurunan Populasi Gaza
Statistik Penurunan Populasi
Sebelum konflik dimulai, populasi Jalur Gaza diperkirakan mencapai 2,3 juta jiwa. Namun, akibat serangan yang intensif, jumlah tersebut menurun menjadi sekitar 2,1 juta jiwa. Penurunan ini mencerminkan dampak dari tingginya angka kematian dan migrasi besar-besaran. Lebih dari 55.000 warga Gaza dilaporkan tewas sejak awal konflik, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Korban Jiwa yang Tinggi
Menurut laporan PCBS, setidaknya 45.500 orang tewas akibat serangan langsung, sementara lebih dari 11.000 lainnya diduga tewas di bawah reruntuhan bangunan yang hancur. Sebagian besar korban adalah warga sipil yang tidak memiliki tempat perlindungan memadai di tengah intensitas serangan udara dan darat.
Allah SWT berfirman:
“Barang siapa membunuh satu jiwa, bukan karena pembunuhan atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia.” (QS. Al-Ma’idah: 32)
Ayat ini mengingatkan kita tentang betapa besarnya dosa membunuh jiwa yang tidak bersalah, khususnya dalam konteks konflik yang melibatkan warga sipil.
Dampak Konflik pada Infrastruktur
Kehancuran Infrastruktur Vital
Serangan Israel telah menghancurkan banyak infrastruktur vital di Gaza, termasuk jaringan listrik, sistem air bersih, dan fasilitas sanitasi. Akibatnya, sebagian besar wilayah tidak memiliki akses ke layanan dasar, memperburuk kondisi hidup warga Gaza yang sudah sulit.
Sistem Kesehatan yang Lumpuh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sistem kesehatan di Gaza hampir sepenuhnya lumpuh. Hanya setengah dari rumah sakit yang masih beroperasi, sementara pusat kesehatan primer hanya mampu melayani sebagian kecil dari populasi. Kekurangan bahan bakar, pasokan medis, dan tenaga medis memperparah situasi.
Dalam laporan terbaru, WHO mencatat bahwa setidaknya 516 serangan langsung telah menargetkan fasilitas kesehatan sejak konflik dimulai, mengakibatkan 765 kematian di kalangan tenaga medis dan pasien.
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Pengungsi Internal dan Insekuritas Pangan
Hampir seluruh populasi Gaza kini menjadi pengungsi di wilayah mereka sendiri. Sebanyak 22% penduduk menghadapi kerawanan pangan akut, dengan ribuan anak berada dalam risiko kematian akibat malnutrisi. Kondisi ini mencerminkan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.
Kehancuran Ekonomi Lokal
Blokade yang berkelanjutan dan serangan terhadap infrastruktur ekonomi telah melumpuhkan perekonomian Gaza. Banyak usaha kecil yang hancur, dan lapangan kerja hampir tidak ada. Akibatnya, tingkat pengangguran melonjak ke angka yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Reaksi Internasional terhadap Konflik
Tuduhan Genosida
Skala kematian dan kehancuran di Gaza memicu tuduhan genosida terhadap Israel. Beberapa organisasi internasional, termasuk Mahkamah Internasional (ICJ), telah meminta Israel untuk menghentikan tindakan yang dianggap melanggar hukum internasional.
Paus Fransiskus juga mengimbau dunia internasional untuk mengkaji apakah kampanye militer Israel di Gaza memenuhi definisi genosida.
Bantahan dari Pihak Israel
Kementerian Luar Negeri Israel menolak tuduhan tersebut, menyebut data yang disampaikan oleh PCBS sebagai rekayasa yang dimanipulasi untuk mendiskreditkan Israel. Pemerintah Israel mengklaim bahwa mereka berhak membela diri setelah serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel pada Oktober 2023.
Pelajaran dan Harapan
Solidaritas dan Bantuan Kemanusiaan
Krisis di Gaza menunjukkan pentingnya solidaritas internasional untuk membantu warga yang terdampak. Banyak organisasi kemanusiaan berupaya mengirimkan bantuan meskipun menghadapi hambatan besar akibat blokade. Sebagai umat manusia, kita diajak untuk merenungkan bagaimana membantu mereka yang sedang menderita.
Upaya Mencari Solusi Damai
Kedamaian adalah tujuan yang harus dicapai untuk menghentikan penderitaan warga Gaza. Negosiasi yang adil dan penghormatan terhadap hak asasi manusia menjadi kunci untuk mencapai solusi jangka panjang yang berkelanjutan.
Allah SWT berfirman:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah.” (QS. Al-Anfal: 61)
Menyatukan Harapan untuk Masa Depan Gaza
Penurunan populasi Gaza sebesar 6% sejak dimulainya konflik mencerminkan skala tragis dari penderitaan yang dialami oleh warga Palestina. Ribuan nyawa melayang, puluhan ribu terluka, dan infrastruktur vital hancur lebur akibat kekerasan yang tiada henti. Situasi ini menjadi panggilan bagi dunia untuk tidak lagi berdiam diri.
Dunia internasional harus segera mengambil langkah nyata untuk mengakhiri konflik ini dan menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Dengan kekuatan solidaritas, bantuan kemanusiaan, dan diplomasi yang berkeadilan, kita dapat memulihkan harapan dan kehidupan bagi warga Gaza yang selama ini menderita. Mari jadikan masa depan Gaaza lebih cerah dengan memutus rantai konflik ini.
Sebagai bagian dari komunitas global, kita memiliki tanggung jawab untuk membantu mereka yang terdampak dan mendorong penyelesaian konflik melalui jalur damai. Dengan kerja sama dan solidaritas, semoga perdamaian dapat terwujud di Gaza dan seluruh Palestina.